KOORDINATBERITA.COM| Surabaya - Keluarga korban Tragedi Kanjuruhan meminta persidangan di Pengadilan Negeri Surabaya disiarkan secara langsung seperti kasus pembunuhan berencana yang melibatkan Ferdy Sambo.
Hal itu disampaikan puluhan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan, saat audiensi dengan DPRD Kota Malang. "Mereka menginginkan sidang dilakukan terbuka dan live yang bisa disiarkan televisi seperti persidangan kasus Sambo," kata Ketua DPRD Kota Malang, I Made Riandiana Kartika.
DPRD Malang pun sependapat dengan keinginan para korban Tragedi Kanjuruhan. Persidangan sebaiknya disiarkan secara live.
Dengan demikian, keluarga korban yang berhalangan untuk hadir tetap bisa mengikuti jalannya persidangan.
Baca juga : Penolakan Bonek Sidoarjo itu tertuang dalam surat No: 01/BONEKSIDOARJO/SPS/XI/2023 yang mereka serahkan ke Mapolresta Sidoarjo, Rabu (4/1). Kasat Intelkam Polresta Sidoarjo AKP Meby Trisono membenarkan. Ia menyebut surat itu diserahkan enam orang perwakilan Bonek Sidoarjo kepada pihaknya. https://www.koordinatberita.com/single-post/demi-keamanan-bonek-sidoarjo-tolak-sidang-tragedi-kanjuruhan-digelar-di-surabaya
"Supaya mereka benar-benar mengikuti dan melihat perkembangan secara langsung apakah sidang berjalan baik atau tidak. Jadi mereka bukan lagi dapat kabar dari media online saja," ucapnya.
Ada sejumlah permintaan lain yang disampaikan keluarga korban kepada DPRD Kota Malang. Mulai dari rasa trauma hingga membutuhkan pekerjaan.
Pemerintah Kota Malang, kata dia, juga telah menganggarkan Rp2 miliar khusus untuk penanganan Tragedi Kanjuruhan. Anggaran tersebut berada di BKAD (Badan Keuangan dan Aset Daerah) melalui BTT (Belanja Tak Terduga).
"Kami akan minta laporannya lagi, karena terakhir dilaporkan masih terserap Rp600 juta. Jadi masih ada anggaran sisa, nanti kami berikan yang butuh pekerjaan lewat Diskopindag di kepelatihan UMKM," katanya.
"Ada juga nanti untuk pemodalan dan anak kecil yang ditinggal orang tua, kami limpahkan ke Dinsos," tambahnya.
Sementara itu, salah satu keluarga korban, Kukuh Arif mengatakan akibat tragedi kelam sepakbola Indonesia tersebut, dia kehilangan tiga anggota keluarganya.
"Keluarga saya jadi korban tiga, satu saudara perempuan dan dua saudara laki-laki," kata Kukuh.
Ia punya dua anak, satunya meninggal dunia dan satunya mengalami luka berat di kepala dan dada bekas injakan serta gas air mata.
Anaknya yang luka berat, kini masih mengalami trauma hingga sekarang. Terhitung sudah tiga bulan usai Tragedi Kanjuruhan, trauma tersebut tak kunjung hilang hingga saat ini.
"Cucu saya setiap hari tanya mamanya di mana. Saya hanya bisa bilang mama kerja," ucapnya.
Oleh karena itu, ia mendatangi DPRD Kota Malang untuk menanyakan masa depan kedua cucunya kelak sepeninggal kematian sang ibu.
"Makanya saya tanya ke sini, cucu saya solusinya bagaimana. Kalau keadilan pemerintah tahu. Nanti Allah yang akan memberikan keadilan kalau mereka tidak mengakui perbuatannya," kata dia.@_Redaksi
Komentáře