KOORDINATBERITA.COM| Surabaya - Sejumlah orang dari ofisial Persebaya memberikan kesaksiannya dalam sidang lanjutan Tragedi Kanjuruhan Malang, di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Jawa Timur, Selasa (14/2).
Mereka bersaksi untuk terdakwa mantan Danki 1 Brimob Polda Jatim AKP Hasdarmawan, mantan Kabag Ops Polres Malang Kompol Wahyu Setyo Pranoto, dan eks Kasat Samapta Polres Malang AKP Bambang Sidik Achmadi.
Salah satu saksi, anager Persebaya, Yahya Alkatiri menceritakan timnya sudah mendapatkan ancaman sejak melakukan pemanasan di Stadion Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 lalu.
"Ya, mendengar chant 'Bonek jancok dibunuh saja', saya mendengarnya bahkan saat pemanasan pemain," kata Yahya, saat bersaksi.
Tak hanya itu, timnya juga sudah mendapatkan lemparan sejak saat tiupan peluit tanda pertandingan dimulai. Utamanya yang berada di bangku cadangan.
"Sepanjang pertandingan lagu 'Bonek jancok dibunuh saja' terus berkumandang. Pelemparan ada waktu bermain, diarahkan ke bench [bangku pemain] kami," katanya.
Mendekati akhir pertandingan Yahya mulai meminta pemainnya siap-siap menyelamatkan diri bila ada serangan.
Baca juga : "Brigade, brigade, brigade, brigade!," teriak puluhan Brimob itu, berulang-ulang, terus menerus di ruang sidang Cakra https://www.koordinatberita.com/single-post/ini-sudah-enggak-kondusif-kata-jpu-dan-majelis-hakim-beri-teguran
Saat babak kedua berakhir, pemain masuk ke ruang ganti. Tiba-tiba mereka mendapatkan intaruksi mereka harus keluar dari ruang itu menuju kendaraan taktis baraccuda dalam waktu lima menit saja.
Seketika itu juga, Yahya mengaku sempat melongok, sejumlah suporter sudah mulai masuk ke lapangan.
"Saya lihat dari dalam ada suporter turun ke lapangan. Enggak lama, media officer ngasih waktu lima menit, cepat, karena suporter sudah turun, kondisi mencekam," ujarnya.
Selanjutnya, para pemain bersama ofisial Persebaya langsung masuk ke kendaraan baraccuda untuk dievakuasi. Namun, mereka terhambat selama satu jam lebih untuk keluar dari Stadion Kanjuruhan.
"Tersendat, kami masuk 22.08 WIB, jam 23.20 WIB-an, rantis baru bisa jalan. Saya tanyakan, ini kenapa enggak jalan, terus katanya ada massa besar itu tadi," kata dia.
Sementara itu, saksi anggota ofisial Persebaya lainnya, Defi Harianto terpisah dari pemain dan ofisial Persebaya lainnya yang menaiki rantis. Ia pun mencari pertolongan, seorang aparat kemudian mengajaknya naik ke truk.
Setelah naik, ujian itu belum berakhir. Para suporter ternyata terus melempari truk yang dinaiki Defi bersama aparat lainnya. Mereka berusaha bertahan dari gempuran.
"Terkait lemparan pas ketika mau bergerak, setelah satu jam baraccuda jalan. Truk kami diadang massa, dilempari, bingung dilempari itu kami habis tameng tiga [untuk menghalau lemparan]," kata Defi.
Puncaknya, kata dia, seorang suporter melemparkan benda dengan kobaran api ke dalam truk tempat dia berada. Dia dan orang-orang lainnya pun lari menyelamatkan diri.
"Terakhir saya memutuskan untuk turun, itu ada api yang dimasukkan ke dalam truk, saya ada di dalam, terus saya turun, dan sama Brimob diamankan," ucapnya.
Anggota ofisial Persebaya lainnya, Rio Ardiles, bersaksi mendengar chant bernada ancaman bahkan ketika baru saja tiba di Stadion Kanjuruhan. Dan itu berlangsung sampai akhir pertandingan.
"Menjelang akhir pertandingan suporter semakin beringas, untuk yang datang juga sama, barusan datang sudah disambut dengan 'Bonek jancok dibunuh saja'," kata Rio.
Rio meninggalkan area Stadion Kanjuruhan dengan menaiki mobil patwal milik Polres Malang. Namun, kendaraan tersebut diserang suporter.
Dia pun berpindah ke truk yang sama dengan saksi Defi. Namun tak lama, kendaraan tersebut juga diserang para suporter dengan lemparan.
" Mendengar Brimob mengeluh 'awak dewe iki disawati terus isok mati rek, tolong poo tolong (kita kalau dilempari terus bisa mati)'," kata Rio.
Rio dan Defi akhirnya bisa diselamatkan ketika aparat kepolisian membawanya masuk kembali ke Stadion Kanjuruhan. Mereka pun keluar dari area tersebut ketika menjelang subuh.@_Oirul
Comments