KOORDINATBERITA.COM| Jakarta- Gerhana Matahari total terakhir selama beberapa dekade yang akan terjadi pada 8 April diperkirakan akan menyuguhkan fenomena spektakuler lainnya karena pancaran ledakan besar Matahari.
Ilmuwan memperkirakan akan terjadi ledakan besar Matahari berbarengan dengan gerhana Matahari 8 April yang akan membuat para pengamat langit terpesona dengan penampakan 'cincin' unik akibat letusan yang dipancarkan Matahari.
Gerhana Matahari total bulan depan akan terjadi dalam beberapa jam, dengan jalur gerhana Matahari total yang tersebar di puluhan negara. Sayangnya, Indonesia tidak dilintasi fenomena ini sehingga tidak bisa menyaksikannya secara langsung.
Para fisikawan dan peneliti Matahari menyebutkan, selama fase totalitas, saat Bulan benar-benar menghalangi pandangan Matahari, semburan plasma dapat terlihat keluar dari Matahari. Mereka juga mencatat bahwa lingkaran berwarna pink tua, yang disebut prominences, mungkin merupakan bagian dari fenomena yang terlihat.
Dikutip dari News Week, gerhana Matahari total adalah peristiwa astronomi langka ketika langit menjadi gelap sesaat pada siang hari karena Bulan menghalangi jalur cahaya Matahari menuju Bumi.
Gerhana Matahari total yang akan terjadi April sangat istimewa mengingat gerhana Matahari total berikutnya baru akan terjadi dalam 20 tahun ke depan, yakni hingga Agustus 2044.
Fenomena gerhana ini juga diperkirakan akan lebih unik karena bertepatan dengan puncak maksimum Matahari, yaitu periode ketika Matahari sangat aktif, menurut prakiraan cuaca NASA dan National Center for Atmospheric Research (NCAR) AS.
"Tingkat aktivitas Matahari mengalami pasang surut selama siklus 11 tahun dan puncak maksimum Matahari terjadi tahun ini, yang menyebabkan peningkatan cuaca luar angkasa yang menakjubkan," kata Prediction Center Project Manager di Space Weather, Bryan Brasher.
Selama periode solar maksimum, Matahari lebih sering memuntahkan lontaran massa koronal (CME), yaitu pelepasan plasma magnet secara besar-besaran dari atmosfer luar Matahari, yang disebut corona.
"CME ini menyebabkan lonjakan badai geomagnetik dan jilatan api Matahari serta menghasilkan aurora yang spektakuler," katanya.
Menurut NASA, pada 8 April nanti, jalur gerhana totalitas akan dimulai di Meksiko dan melintasi Texas, Oklahoma, Arkansas, Missouri, Illinois, Indiana, Ohio, New York, Pennsylvania, Vermont, New Hampshire, dan Maine sebelum menuju Atlantik Utara.
Dallas dan Cleveland terdaftar sebagai beberapa lokasi teratas untuk melihat gerhana, jika cuaca memungkinkan. Adapun periode totalitas bervariasi berdasarkan lokasi dan akan berlangsung antara dua hingga empat setengah menit.
"Pengamat mungkin dapat melihat beberapa aktivitas Matahari yang meningkat, seperti jilatan api Matahari (CME), selama totalitas," kata Scott McIntosh, fisikawan surya dari NCAR.
"Aktivitas tersebut, yang digambarkan sebagai 'ledakan' atau 'letusan' dari permukaan Matahari, biasanya tidak terlihat tanpa instrumen karena kecerahan Matahari," sambungnya.
Para fisikawan surya mengatakan fenomena langit bulan depan akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan karena meningkatnya aktivitas Matahari. McIntosh bahkan menggambarkannya sebagai 'pengalaman audio-visual.'
"Korona berkilau dalam banyak warna yang menyatu. Ada rasa kagum dari kerumunan orang dan kesunyian hewan-hewan saat siang hari berubah menjadi senja dan kembali lagi. Ini adalah pengalaman dunia lain," ia menggambarkan.
"Plasma yang Anda lihat secara total jutaan kali lebih redup daripada piringan Matahari dan itulah sebabnya Anda membutuhkan Bulan untuk menghalangi piringan tersebut sehingga kita dapat melihat corona. Sungguh suatu kebetulan geometris yang menakjubkan bahwa kita mendapatkan gerhana," sambungnya.
Dia menambahkan bahwa meskipun ada kemungkinan yang sangat besar bahwa lontaran massa koronal dapat terjadi selama totalitas, kemungkinan aktivitas tersebut dapat terlihat dari satu lokasi selama beberapa menit totalitas sangatlah kecil.
Namun, McIntosh mengatakan satu hal yang harus diwaspadai adalah bentuk mahkota Matahari, yang menurutnya bisa terlihat sangat tajam akibat aktivitas Matahari. Dia memperkirakan Matahari mungkin menyerupai landak yang marah.
McIntosh mengatakan bahwa meskipun dia menyarankan penggunaan pelindung mata sebelum dan setelah fase totalitas, melepas kacamata selama fase tersebut dapat membantu penonton mendapatkan visual yang lebih baik tentang 'bola' bercahaya yang ikonik tersebut.@_Network
Comments