top of page

Pemerintah Kalangkabut Tangani Penyebaran Virus Corona.

“Joko Widodo Bisa Dituduh Langgar Konstitusi Jika Tak Bergegas Menghadapi Wabah Covid-19”

Baca juga: Hotel Milik Cristiano Ronaldo Ralakan Dijadikan Rumah Sakit Corona
Baca juga: Hotel Milik Cristiano Ronaldo Ralakan Dijadikan Rumah Sakit Corona

Koordinatberita.com| NASIONAL~ Pemerintah kalangkabut menangani penyebaran virus corona. Kementerian Kesehatan mengabaikan bantuan negara tetangga.


Dan, Joko Widodo bisa dituduh melanggar konstitusi jika tak bergegasmemperbaiki strateginya menghadapi penyebaran Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19. Lambat dan tidak padunya respons pemerintah menangkal wabah yang telah ditetapkan sebagai pandemi global ini tak menunjukkan usaha sungguh-sungguh untuk” melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia”, seperti diperintahkan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.


Pekan lalu, Presiden Jokowi memang akhirnya

membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, yang dipimpin Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo. Sayangnya, kebijakan ini tidak dibarengi pemaparan strategi yang komprehensif dan transparan untuk membangun kepercayaan dan optimisme warga.


Kepada pers, Presiden Jokowi justru mengakui

bahwa pemerintah tidak menyampaikan semua data kepada masyarakat agar tidak ada kepanikan. Ini jelas kebijakan yang sungguh keliru. Sensor informasi justru membuat masyarakat bertanya-tanya tentang skala wabah ini di negeri kita.


Kita harus belajar dari Singapura dan Taiwan.

Kedua negara itu membuktikan bahwa

transparansi menjadi kunci keberhasilan

menangani penyebaran wabah. Dengan tetap

menutup identitas pasien, pemerintah Taiwan

mengumumkan waktu, lokasi, rute pergerakan, plus domisili seseorang yang positif terkena corona. Dengan begitu, penduduk lain yang mungkin ikut terpapar bisa melaporkan diri untuk kemudian dites.


Karena itu, tugas pertama Gugus Tugas adalah meningkatkan transparansi penanganan wabah Covid-19 di Indonesia. Keterbukaan data akan meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi krisis. Kita tentu tidak berharap wabah ini terus meluas. Namun, dengan

informasi yang benar, publik bisa bersiap dan

tidak panik ketika wabah betul-betul membesar.


Prioritas kedua Gugus Tugas adalah

memperbanyak tes atau pengujian orang yang

diperkirakan terkena corona. Makin banyak tes dilakukan, makin tergambar tingkat kegawatan wabah ini. Menyembunyikan kenyataan sebenarnya justru akan menyulitkan dokter dan penyedia pelayanan kesehatan dalam mengantisipasi ledakan jumlah pasien corona. Kebijakan pemerintah menambah lembaga yang boleh melakukan pengujian corona, meski terlambat, perlu diapresiasi.


Setelah tes diperbanyak, proses identifikasi

kluster-kluster yang positif perlu terus

diintensifkan agar semua orang yang berpotensi tertular atau menjadi carrier bisa ditemukan dan diisolasi. Kerja sama semua pemangku kepentingan menjadi penting untuk mengerjakan tugas berat ini. Tak boleh lagi ada pemerintah daerah yang tidak diajak berbicara soal keberadaan pasien positif corona di wilayahnya.


Selain itu, bantuan dari negara lain tidak

semestinya ditolak. Sungguh disayangkan,

Kementerian Kesehatan sempat mengabaikan

tawaran bantuan berupa alat penguji (test kit)

dari Singapura. Keputusan ini berbahaya,

terutama karena Indonesia tidak bergabung

dalam inisiatif global penanggulangan wabah

seperti The Coalition for Epidemic Preparedness Innovations dan Pandemic Emergency Financing Facility di Bank Dunia. Semua kontribusi dari pihak mana pun harus direspons dengan baik.


Hasil pengujian dengan jumlah cukup sangat

penting untuk dasar mengambil langkah yang

diperlukan. Kebijakan untuk mengisolasi satu

kawasan yang tingkat penyebaran wabahnya

sudah sangat tinggi, misalnya, hanya bisa diambil jika ada data yang memadai.


Inisiatif Pemerintah Kota Solo dan Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta membatasi keramaian,

termasuk memindahkan kegiatan belajar di

sekolah menjadi online, sudah tepat. Pemerintah pusat semestinya membuat panduan serupa untuk semua kepala daerah. Gubernur, bupati, dan wali kota harus tahu tingkat risiko wabah di daerahnya dan apa yang harus dilakukan untuk membatasi penyebaran virus corona ini.


Semua jajaran pemerintah harus sepaham bahwa dalam menghadapi pandemi ini prioritas tertinggi adalah melindungi penduduk. Pertimbangan lain, seperti “mempertahankan pertumbuhan ekonomi”, seharusnya diturunkan ke urutan bawah. Pejabat tak boleh justru beramai-ramai mengadakan kegiatan yang mengundang banyak orang dengan dalih menyelamatkan industri perhotelan, transportasi, dan pariwisata.


Dengan langkah-langkah pemerintah yang

terkoordinasi baik, masyarakat bisa bersikap lebih tenang. Pada titik ini, solidaritas sosial masyarakat diharapkan juga terjaga. Semua warga secara sadar harus mengutamakan kepentingan bersama, tidak hanya mementingkan keselamatan masing-masing. Tanpa itu semua, Indonesia akan menjadi pusat ledakan baru kasus corona, justru ketika wabah di negara lain berangsur mereda.

@_Koordinatberita.com/Sumber:Tempo

20 tampilan

Kommentit

Arvostelun tähtimäärä: 0/5
Ei vielä arvioita

Lisää arvio
Single Post: Blog_Single_Post_Widget
Recent Posts
Kami Arsip
bottom of page