KOORDINATBERITA.COM| Surabaya - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur, telah melakukan antisipasi kekeringan ekstrem serta kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang ada di wilayah Jawa Timur, saat memasuki musim kemarau ini.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Jatim, Budi Santosa mengungkapkan, berdasarkan data, diperkirakan ada 622 desa dari 32 Kabupaten Kota di Jatim yang terancam mengalami kekeringan ekstrem.
"Kita sudah siap. Dari kita sendiri untuk dropping air bersih. Kita siapkan tandon sama jirigen," ujarnya, seusai membuka Rapat Koordinasi (Rakor) antisipasi Kekeringan dan Karhutla, Selasa (30/8/2022).
BPBD Jatim juga melakukan koordinasi dan kerjasama dengan PU Pengairan, yang mana akan menyiapkan perpipaan, sumur bor, serta pembuatan embung. Sasarannya lebih kepada daerah yang darurat kekeringan ekstrem.
"Nah ini sudah ada lima atau delapandari Bupati Walikota yang ada, sudah minta dropping air bersih, karena sudah ada SK tanggap darurat," terangnya.
Kemudian untuk kebakaran, Budi menyampaikan, sudah terpetakan dimana lebih dari satu juta hektar hutan dan lahan di Jawa Timur ini, terancam bencana kebakaran. Dimana paling banyak berada di kawasan Bondowoso dan Situbondo.
"Dan kebakaran itu faktor manusia, bukan faktor alam. Faktor alam itu hanya nol koma. Ditambah juga ada yang mengatakan 100 persen itu faktor manusia," ucapnya.
Budi merinci, kebakaran yang disebabkan oleh faktor manusia, diantaranya karena keteledoran dan kelalaian pendaki pendaki, ada juga pengalihan isu sengaja dibakar, dan ada juga kesengajaan.
"Nah ini dari Polda (Jatim) sendiri, orientasi kepada penegakan hukum yang ada, memang harus ada proses itu," tuturnya.
Kepada masyarakat, Budi mengungkapkan, bahwa BPBD Jatim terus menekankan upaya preventif atau pencegahan. Sebagaimana yang disampaikan oleh Presiden Jokowi maupun Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, salah satunya dengan tindakan "tandur".
"Nah teman teman BPBD, itu kurang melibatkan masyarakat, misalnya. Bagaimana antusias dari pada kearifan lokal, peran masyarakat," ungkapnya.
Menurutnya, gerakan menanam pohon, bisa dilakukan kapanpun, tanpa melihat musim, baik musim kemarau atau musim hujan. Namun yang perlu dilihat adalah bibit tanaman yang akan ditandur, menurut Budi, harus melihat karakter daerahnya.
"Kita tanduri tanaman tegakkan, atau tanaman yang diminta masyarakat produktif apa. Atau yang diminta tegak tegakkan itu. Nah di daerah pinggir sungai, nah ini masyarakat sudah aktif pakai tanaman yang produktif," tandasnya.@_Adm/Oirul
Comments