top of page
Gambar penulisredaksikoordinatberita

Jelang Ramadhan Jokowi Harus Bisa Antisipasi Kenaikan Harga Bapok


"Sudah menjadi kelaziman, menjelang Ramadhan harga-harga kebutuhan pokok mulai naik. Kenaikan harga ini biasanya sangat terasa di kota-kota besar yang sangat menggantungkan pasokan kebutuhan pokok dari daerah-daerah penyangga," kata Wildan, Senin (4 /3). 
"Sudah menjadi kelaziman, menjelang Ramadhan harga-harga kebutuhan pokok mulai naik. Kenaikan harga ini biasanya sangat terasa di kota-kota besar yang sangat menggantungkan pasokan kebutuhan pokok dari daerah-daerah penyangga," kata Wildan, Senin (4 /3). 

KOORDINATBERITA.COM| Jakarta - Menurut pengamat politik dari Motion Cipta Matrix, Wildan Hakim, kenaikan harga kebutuhan pokok menjelang Ramadhan menjadi fenomena yang rutin terjadi setiap tahun. Kenaikan harga itu sulit dicegah, karena terjadi sesuai hukum pasokan dan permintaan.


"Sudah menjadi kelaziman, menjelang Ramadhan harga-harga kebutuhan pokok mulai naik. Kenaikan harga ini biasanya sangat terasa di kota-kota besar yang sangat menggantungkan pasokan kebutuhan pokok dari daerah-daerah penyangga," kata Wildan, Senin (4 /3). 


Kebutuhan berupa pangan, kata Wildan, selalu menjadi primadona saat Ramadhan tiba. Para ibu rumah tangga memastikan memiliki cara yang sama, yakni pasokan pangan tersedia. Akibatnya, permintaan atas kebutuhan pangan dan produk ikutannya dipastikan lebih tinggi menjelang bulan puasa. 


"Kebutuhan pangan ini mulai dari beras, gula pasir, minyak goreng, cabai, hingga bawang merah dan bawang putih. Keenam bahan ini merupakan kebutuhan utama di dapur rumah tangga Indonesia. Pada saat keenam bahan ini harganya naik, otomatis akan menjadi isu nasional," terang Wildan. 


Menurut dosen ilmu komunikasi Universitas Al Azhar Indonesia ini, kenaikan harga dipicu oleh kelangkaan pasokan atau stok. Pada saat stok berkurang, muncul peluang untuk mengimpor produk pangan dari luar negeri. Alasannya untuk memastikan stok di dalam negeri tercukupi dan kemudian harga bisa distabilkan karena terjadinya keseimbangan antara pasokan dengan permintaan di pasar. 


"Situasi seperti sekarang, pemerintah seharusnya bisa mengantisipasi kenaikan harga yang terjadi. Dengan kekuatan intelejen yang ada, pemerintah harus bisa memastikan arus bahan pangan lancar dan tidak ada kehadiran pasokan di gudang. Dengan begitu, kenaikan harga pangan karena alasan kelangkaan bisa berkurang," jelas Wildan. 


Bila menengok tahun-tahun sebelumnya, kata Wildan, terdapat sejumlah komoditas yang berpotensi menaikkan harga dan inflasi terhadap perekonomian Indonesia. Komoditi yang dimaksud adalah, minyak goreng, gula pasir, bawang putih, serta cabai. 


Komoditas Pasokan bawang putih dan cabai sangat mempengaruhi kondisi lahan pertanian yang berdampak pada hasil panen. Untuk minyak goreng dan gula pasir, berpeluang untuk ditimbun oleh distributor guna meraup keuntungan dari selisih kenaikan harga. 


"Untuk beras, tren harganya bisa terus naik selama kelangkaan yang terjadi saat ini belum berhasil diatasi oleh pemerintah. Kelangkaan beras ini bisa juga dipicu oleh perilaku beli masyarakat kita yang ingin mengamankan pasokan di rumah masing-masing. Kalau melihat langsung ke pasar dan toko beras ,pasokannya ada. Hanya saja harganya naik," terang Wildan.


Untuk itu, tugas penting pemerintah saat ini adalah memastikan agar masyarakat tidak panik meski harga naik. Jurus operasi pasar untuk menenangkan masyarakat bisa dipakai. Meski harus diakui, dampak pengoperasian pasar tidak berdampak besar pada stabilitas harga.


"Kelangkaan sejumlah komoditas pangan selalu membuka peluang untuk impor. Yang diuntungkan tentu para importir dan itu sudah sesuai dengan harapan mereka. Selama harga produk pangan masih dalam batas kewajaran, impor bisa dibuka untuk meredam gejolak harga," pungkas Wildan.@_Network

5 tampilan

Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating
Single Post: Blog_Single_Post_Widget
Recent Posts
Kami Arsip
bottom of page