"Agama Tidak Untuk Diadu atau Dibentur-Benturkan"
Koordinatberita.com| PEKALONG AN- Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mengingatkan sekaligus mengajak generasi milenial agar membawa narasi-narasi perdamaian di Sosial Media. Hal ini perlu dilakukan untuk mengikis pesan-pesan yang kontradiktif dengan ajaran Pancasila maupun Bhineka Tunggal. Selain itu, upaya ini menghindarkan generasi Milenial dari paham radikalisme.
"Anak muda harus bijak dan cerdas menggunakan sosial media agar tidak mudah terpengaruh berita-berita hoax yang kemudian menggiring pola pikir mereka ke paham radikalisme. Semaksimal mungkin, bawa narasi-narasi perdamaian dalam bentuk tulisan maupun gambar," pesan Wagub Emil, tertulisnya, saat memperingati Maulid Nabi SAW di Kanzus Sholawat, Kota Pekalongan, Minggu (14/11).
Pada acara peringatan Maulid Nabi SAW yang dipimpin Habib M. Lutfhi Ali Yahya beserta para ulama dan habib itu juga dihadiri Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar, Wali Kota Pekalongan Achmad Afzan Arslan Djunaid beserta jajaran.
Wagub Emil menyampaikan dengan tertulis kepada Koordinatberita.com pada dasarnya, agama tidak untuk diadu. Sebab, supremasi agama sudah tidak ada yang meragukan lagi. Artinya, eksistensi kebangsaan merupakan bagian dari hakikat sebagai manusia berbangsa yang beragama. "Jadi, bukan berarti berbangsa tidak beragama. Inilah yang ditekankan bahwasannya kebangsaan justru bentuk solidaritas untuk melakukan ikhtiar yang baik," jelasnya.
Wagub Emil mencontohkan, bahwasannya negara didirikan untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakat dari Sabang sampai Merauke. Apabila nilai kebangsaan runtuh, maka salah satu solidaritas dan kesepahaman membangun bangsa akan hilang.
"Ini yang harus kita jaga, bukan diadu atau malah dibentur-benturkan karena pada hakekatnya supremasi Agama tidak ada yang menandingi," pungkasnya.
Sejauh ini, lanjut Wagub Emil, Habib Lutfhi yang juga menjabat sebagai Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) merupakan salah satu tokoh yang luar biasa memperjuangkan nilai-nilai agama.
"Salah satunya mengadakan maulid nabi untuk mendoakan bangsa dan negara. Silaturahmi semacam ini memberikan semangat untuk lebih peduli dan bekerjasama utamanya dalam mengupayakan pemulihan Covid-19," imbuhnya.
Dalam mengantisipasi konten sosial bermuatan radikal, Kepala BNPT Boy Rafli Amar mengatakan, di zaman era digital yang menjadi sasaran dalam paham radikalisme mayoritas generasi milenial. Oleh karena itu, generasi Milenial harus bisa memilih data yang sesungguhnya dan tidak asal share kejelasannya.
"Di era pandemi, gencar-gencarnya para pelaku radikalisme proses rekrutmen sehingga orang tua juga waspada dan mengawasi putra mereka. BNPT pun selalu melakukan pendekatan dengan hati dalam langkah preventif," tuturnya.
Lebih lanjut, Boy pun mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersinergi dan berkolaborasi dalam menggunakan media sosial. Diharapkan, penggunaan media sosial dapat dimanfaatkan untuk tujuan yang baik serta dapat secara bijak menilai konten bermanfaat dan yang tidak bermanfaat.
"Karena itu seluruh pihak baik itu jajaran pemerintah, Kementerian/Lembaga, seluruh komponen masyarakat dan organisasi masyarakat perlu bersatu padu membangun kehidupan peradaban dunia maya yg penuh toleransi, penuh semangat saling menghormati, dan tidak menggunakan sosmed dalam konteks untuk kepentingan kejahatan," tandas mantan Kabid Humas Polda Metro Jaya itu.@_Siswanto
Comments