Di kutip dari buku "Asal Usul Ungkapan Gus Dur, GITU AJA KOK REPOT”
Koordinatberita.com,(Relegi)- Gus Dur menulis dalam artikelnya, 20 Desember 2013 kepada koran Suara Pembaruan yg berjudul " Harlah Natal dan Maulid" kata Natal menurutnya adalah arti bahasa yg sama dg kata harlah ( Hari Kelahiran ), hanya dipakai untuk Nabi Isa al Masih belaka.
Jadi, Ia (Gus Dur ) mempunyai arti khusus, dan lain dari yg digunakan secara umum, seperti dalam bidang kedokteran ada istilah perawatan pra-Natal yg berarti " perawatan sebelum kelahiran"
Dengan demikian, maksud istilah " Natal" adalah saat Isa Al Masih dilahirkan ke dunia oleh 'perawan suci' Mariam. Karena itulah ia memiliki arti tersendiri, yaitu saat kelahiran anak manusia bernama Yesus Kristus untuk menebus dosa manusia.
Sedangkan Maulid, Gus Dur menjelaskan adalah saat kelahiran Nabi Muhammad SAW. Pertama kali dirayakan kaum muslimin atas perinta Sultan Shalahuddin al-ayyubi atau dalam dunia barat dikenal sebagai Saladin, dari Dinasti Mamalik yang berkebangsaan Kurdi. Tujuannya untuk mengobarkan semangat kaum Muslimin, agar menang dalam perang Salib ( crusade )
Dia memerintakan membuat peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad, enam abad setelah Rasullullah wafat, peringatan Maulid itu hingga sekarang masih dirayakan berbagai bentuk, walaupun Dinasti Sa'ud melarangnya di Saudi Arabia. Karya-karya tertulis berbahasa Arab banyak ditulis dalam puisi dan prosa untuk menyebut kelahiran Nabi Muhammad Saw itu.
Dengan demikian, Gus Dur melanjutkan, dua kata ( Natal dan Maulid ) mempunyai makna khusus, dan tidak biasa disamakan. Dalam bahasa teori Hukum Islam ( figh ) kata Maulid dan Natal yaitu " kata yang lebih sempit maksudnya, dari apa yang diucapkan " ( yuqlaqu al'am wa yuradu bihi al-akhash ). Penyebabnya adalah asal usul istilah tersebut dalam sejarah perkembangan manusia yang beragama. Artinya jelas, Natal digunakan oleh orang-orang Kristiani, sedangkan Maulid dipakai orang-orang Islam.
Menurut Gus Dur, Natal dalam kitab suci Alqur'an disebut sebagai " yauma wulida " ( hari kelahiran, secara historis oleh para ahli tafsir dijelaskan sebagai hari kelahiran Nabi Isa, seperti dikutip " kedamaian atas orang dilahirkan (hari ini)" (salamun yauma wulid), yang dapat dipakaikan kepada beliau atau kepada Nabi Daud. Sebaliknya, firman Allah dalam surat Al Maryam " Kedamaian atas diriku pada hari kelahiranku" ( al-salamu 'alalyya yauma wulidtu ), jelas-jelas menunjuk kepada ucapan Nabi Isa.
Bahwa kemudian Nabi Isa 'dijadikan' Anak Tuhan oleh umat Kristiani, adalah masalah lain Laguna. Artinya, secara tidak langsung Natal memang diakui oleh kitab suci Alqur'an, juga sebagai kata penunjuk hari kelahiran beliau, yang haru dihormati oleh umat Islam juga. Bahwa, hari kelahiran itu harus dirayakan dalam bentuk Brenda, atau dalam bentuk yang sama tetapi dengan maksud berbeda, adalah hal yang tidak perlu dipersoalkan.
Jadi, menurut Gus Dur merayakan Natal merupakan bentuk penghormatan untuk beliau (Isa ) dalam pengertian sebagai Nabi Allah SWT.
Untuk itu " menjadi kemerdekaan bagi kaum muslimin untuk Menghormati hari kelahiran Nabi Isa, yang sekarang disebut hari Natal. Mereka bebas merayakannya atau tidak, karena itu sesuatu yang diperbolehkan oleh Agama.
Dalam litratur fiqih Gus Dur, menghibaukan jika seorang muslim duduk bersama dan mengucapkan selamat hari Natat tidak dipersoalkan, hanya saja yang dipersoalkan adalah orang muslim turut serta mengikuti ritual kebaktian beribadah. Jika itu dilakukan oleh orang muslim, maka tidak diperbolehkan.
@_Koordinatberita.com